RESIKO PERSALINAN CAESAR

 

kelahiran caesar
30 Januari 2006

Jaman dahulu kala, persalinan hampir selalu mengenal kata “normal”, dalam arti bayi keluar melalui “jalan lahir” atau vagina. Seorang kerabat pernah bercerita, ketika melahirkan anaknya yang sungsang, oleh bidan perutnya “dipijat sedemikian rupa” supaya posisi kepala bayi mengarah ke vagina. Walhasil rasanya pasti sakit luar biasa, karena pada saat itu bayinya sudah menendang-nendang, dan tangan bidan menekan sebegitu kerasnya untuk bisa memutar posisi bayi.

Saya sendiri merupakan produk “caesar”. Pada saat itu (akhir dekade 70an), caesar adalah jalan akhir yang baru diambil ketika proses kelahiran normal tidak mungkin dilakukan. Posisi saya sewaktu di perut ibu waktu itu sungsang 180derajat, artinya posisinya benar-benar terbalik dari yang semestinya (membujur, bukan melintang). Sebelum keluar keputusan caesar dari dokter, dokter tetap mengusahakan proses kelahiran secara normal. namun setelah dipastikan tidak mungkin, barulah dokter minta persetujuan dari ayah untuk melakukan operasi caesar. Walhasil saat itu saya lahir telat sekitar 4 jam, sehingga saya keluar dalam keadaan biru dan keracunan air ketuban.

Namun mulai akhir dekade 90an sampai dengan saat ini, melahirkan dengan cara caesar seakan-akan menjadi trend dan mode. Para calon ibu berbondong-bondong mem-booking rumah sakit untuk melakukan proses kelahiran dengan cara caesar, seperti halnya mem-booking hotel. Operasi caesar pun banyak yang dilakukan tanpa anjuran medis sama sekali. Alasan yang diberikan umumnya agar bisa memilih tanggal lahir seperti yang diinginkan (misalnya, pada pergantian millenium), juga untuk alasan praktis seperti sang ibu tidak perlu tersiksa harus mengejan, selain itu rasa nyeri yang ditimbulkan saat proses kelahiran juga tidak separah melahirkan normal karena sang ibu mengalami bius, baik lokal maupun total. Tak heran, angka kelahiran caesar di Indonesia terus meningkat dari tahun ke tahun.

Banyaknya calon ibu yang minta di-caesar tanpa rekomendasi medis, diduga karena kurangnya informasi tentang hal itu. Padahal, resiko operasi itu banyak dan serius, sehingga jauh lebih berbahaya dibanding persalinan normal. Dan yang harus memikul resiko itu bukan cuma sang ibu, tapi juga bayi. WHO sendiri mengatakan bahwa seharusnya operasi caesar hanya digunakan untuk menangani 10-15% persalinan.

Dalam kesempatan ini, mediasehat akan membantu para calon ibu untuk mengetahui seluk beluk resiko kelahiran secara caesar, baik pada ibu, maupun pada bayi.

RESIKO PADA IBU

Resiko Jangka Pendek

1. Infeksi pada Bekas Jahitan
Infeksi luka akibat persalinan caesar beda dengan luka persalinan normal. Luka persalinan normal sedikit dan mudah terlihat, sedangkan luka operasi caesar lebih besar dan berlapis-lapis. Untuk diketahui, ada sekitar 7 lapisan mulai dari kulit perut sampai dinding rahim, yang setelah operasi selesai, masing-masing lapisan dijahit tersendiri. Jadi bisa ada 3 sampai 5 lapis jahitan. Bila penyembuhan tidak sempurna, kuman akan lebih mudah menginfeksi sehingga luka menjadi lebih parah. Bukan tidak mungkin dilakukan penjahitan ulang.
2. Infeksi Rahim
Infeksi Rahim terjadi jika ibu sudah kena infeksi sebelumnya, misalnya mengalami pecah ketuban. Saat dilakukan operasi, rahim pun terinfeksi. Apalagi jika antibiotik yang digunakan dalam operasi tidak cukup kuat.
3. Keloid
Keloid atau jaringan parut muncul pada organ tertentu karena pertumbuhan berlebihan. sel-sel pembentuk organ tersebut. Ukuran sel meningkat dan terjadilah tonjolan jaringan parut. Perempuan yang punya kecenderungan keloid tiap mengalami luka niscaya mengalami keloid pada sayatan bekas operasinya.
4. Cedera Pembuluh Darah
Pisau atau gunting yang dipakai dalam operasi beresiko mencederai pembuluh darah. Misalnya tersayat. Kadang cedera terjadi pada penguraian pembuluh darah yang lengket. Ini adalah salah satu sebab mengapa darah yang keluar pada persalinan caesar lebih banyak dibandingkan persalinan normal.
5. Cedera pada Kandung Kemih
Kandung kemih letaknya melekat pada dinding rahim. Saat operasi caesar dilakukan, organ ini bisa saja terpotong. Perlu dilakukan operasi lanjutan untuk memperbaiki kandung kemih yang cedera tersebut.
6. Perdarahan
Perdarahan tak bisa dihindari dalam proses persalinan. Namun, darah yang hilang lewat operasi caesar dua kali lipat dibandingkan lewat persalinan normal.
7. Air Ketuban Masuk ke Pembuluh Darah
Selama operasi caesar berlangsung, pembuluh darah terbuka. Ini memungkinkan komplikasi berupa masuknya air ketuban ke dalam pembuluh darah (embolus). Bila embolus mencapai paru-paru, terjadilah apa yang disebut pulmonary embolism. Jantung dan pernapasan ibu bisa terhenti secara tiba-tiba. Terjadilah kematian mendadak.
8. Pembekuan Darah
Pembekuan darah bisa terjadi pada urat darah halus di bagian kaki atau organ panggul. Jika bekuan ini mengalir ke paru-paru, terjadilah embolus.
9. Kematian Saat Persalinan
Beberapa penelitian menunjukkan, angka kematian ibu pada operasi caesar lebih tinggi dibanding persalinan normal. Kematian umumnya disebabkan kesalahan pembiusan, atau perdarahan yang tak ditangani secara cepat.
10. Kelumpuhan Kandung Kemih
Usai operasi caesar, ada kemungkinan ibu tidak bisa buang air kecil karna kandung kemihnya kehilangan daya gerak (lumpuh). Ini terjadi karena saat proses pembedahan berlangsung, kandung kemih terpotong.
11. Hematoma
Hematoma adalah perdarahan dalam rongga tertentu. Jika ini terjadi, selaput di samping rahim akan membesar membentuk kantung akibat pengumpulan darah yang terus menerus. Akibatnya fatal, yaitu kematian ibu. Sebenarnya, kasus ini juga bisa terjadi pada persalinan normal. Tapi mengingat resiko perdarahan pada operasi caesar lebih tinggi, resiko hematoma pun lebih besar.
12. Usus Terpilin
Operasi caesar mengakibatkan gerak peristaltik usus tak bagus. Kemungkinan karena penangananan yang salah akibat manipulasi usus, atau perlengketan usus saat mengembalikannya ke posisi semula. Rasanya sakit sekali dan harus dilakukan operasi ulang.
13. Keracunan Darah
Keracunan darah pada operasi caesar dapat terjadi karena sebelumnya ibu sudah mengalami infeksi. Ibu yang di awal kehamilan mengalami infeksi rahim bagian bawah, berarti air ketubannya sudah mengandung kuman. Jika ketuban pecah dan didiamkan, kuman akan aktif sehingga vagina berbau busuk karena bernanah. Selanjutnya, kuman masuk ke pembuluh darah ketika operasi berlangsung, dan menyebar ke seluruh tubuh. Keracunan darah yang berat menyebabkan kematian ibu.

Resiko Jangka Panjang

14. Masalah Psikologis
Berdasarkan penelitian, perempuan yang mengalami operasi caesar punya perasaan negatif usai menjalaninya (tanpa memperhatikan kepuasan atas hasil operasi). Depresi pasca persalinan juga merupakan masalah yang sering muncul. Beberapa mengalami reaksi stres pascatrauma berupa mimpi buruk, kilas balik, atau ketakutan luar biasa terhadap kehamilan. Masalah psikologis ini lama-lama akan mengganggu kehidupan rumah tangga atau menyulitkan pendekatan terhadap bayi. Hal ini bisa muncul jika ibu tak siap menghadapi operasi.
15. Pelekatan Organ Bagian Dalam
Penyebab pelekatan organ bagian dalam pascaoperasi caesar adalah tak bersihnya lapisan permukaan dari noda darah. Terjadilah pelengketan yang menyebabkan rasa sakit pada panggul, masalah pada usus besar, serta nyeri saat melakukan hubungan seksual. Jika kelak dilakukan operasi caesar lagi, pelekatan bisa menimbulkan kesulitan teknis hingga melukai organ lain, seperti kandung kemih atau usus.
16. Pembatasan Kehamilan
Dulu, perempuan yang pernah menjalani operasi caesar hanya boleh melahirkan tiga kali. Kini, dengan teknik operasi yang lebih baik, ibu memang boleh melahirkan lebih dari itu, bahkan sampai lima kali. Tapi resiko dan komplikasinya makin berat.

Resiko Persalinan Selanjutnya

17. Sobeknya Jahitan Rahim
Ada tujuh lapis jahitan yang dibuat saat operasi caesar. yaitu jahitan pada kulit, lapisan lemak, sarung otot, otot perut, lapisan dalam perut, lapisan luar rahim, dan rahim. Jahitan rahim ini bisa sobek pada persalinan berikutnya. Makin sering menjalani operasi caesar, makin tinggi resiko terjadinya sobekan.
18. Pengerasan Plasenta
Plasenta bisa tumbuh ke dalam melewati dinding rahim, sehingga sulit dilepaskan. Bila plasenta sampai menempel terlalu dalam (sampai ke myometrium), harus dilakukan pengangkatan rahim karena plasenta mengeras. resikonya terjadi plasenta ini bisa meningkat karena operasi caesar.
19. Tersayat
Ada dua pendapat soal kemungkinan tersayatnya bayi saat operasi caesar. Pertama, habisnya air ketuban yang membuat volume ruang di dalam rahim menyusut. Akibatnya, ruang gerak bayi pun berkurang dan lebih mudah terjangkau pisau bedah. kedua, pembedahan lapisan perut selapis demi selapis yang mengalirkan darah terus menerus. Semburan darah membuat janin sulit terlihat. Jika pembedahan dilakukan hati-hati, bayi bisa tersayat di bagian kepala atau bokong. Terlebih, dinding rahim sangat tipis.
20. Masalah Pernapasan
Bayi yang lahir lewat operasi caesar cenderung mempunyai masalah pernapasan yaitu napas cepat dan tak teratur. Ini terjadi karena bayi tak mengalami tekanan saat lahir seperti bayi yang lahir alami sehingga cairan paru-parunya tak bisa keluar. Masalah pernapasan ini akan berlanjut hingga beberapa hari setelah lahir.
21. Angka APGAR Rendah
Angka Apgar adalah angka yang mencerminkan kondisi umum bayi pada menit pertama dan menit ke lima. Rendahnya angka Apgar merupakan efek anestesi dan operasi caesar, kondisi bayi yang stres menjelang lahir, atau bayi tak distimulsai sebagaimana bayi yang lahir lewat persalinan normal. Berdasarkan penelitian, bayi yang lahir lewat operasi caesar butuh perawatan lanjutan dan alat bantu pernapasan yang lebih tinggi dibandingkan bayi lahir normal.
Sumber :
1. Majalah Parents Guide, Vol. No. 7, April 2003
2. Photos courtesy of http://www.thedanverzone.com/ryans-birth-photos.html
Sumber :
1. Majalah Parents Guide, Vol. No. 7, April 2003
2. Photos courtesy of http://www.thedanverzone.com/ryans-birth-photos.html

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *