Ramadhan Bulan Penuh Berkah, Rahmat dan Ampunan
Minggu kedua bulan Agustus ini umat Islam di seluruh dunia melaksanakan puasa sebulan penuh, tepatnya pada bulan suci Ramadhan 1431 H. Mengapa bulan Ramadhan menjadi bulan yang selalu ditunggu-tunggu oleh umat muslim di seluruh dunia? Dan ada apa dengan malam Lailatulkadar? Yang pasti, Ramadhan adalah bulan penuh berkah, rahmat dan maghfiroh (ampunan), seperti disebutkan pada firman Allah SWT di dalam kitab suci Al-Quran.
Sesuai firman Allah SWT di dalam Al-Quran yang berbunyi: “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu menjadi orang-orang bertaqwa.” (Surat Al-Baqarah: 183). Menyitir dari ayat tersebut maka jelaslah Allah SWT menegaskan bahwa puasa merupakan wajib hukumnya, seperti tertuang dalam Rukun Islam. Dan dalam ayat ini Allah SWT hanya menyeru kepada orang-orang yang beriman, dalam artian bagi mereka yang mengerti akan makna puasa Ramadhan dan hikmah di baliknya.
Namun demikian, wajar bila ibadah puasa dikatakan bukanlah ibadah yang ringan. Pasalnya, dalam puasa kita dituntut dua aspek, yakni aspek fisik dan psikis. Secara fisik kita dituntut menahan rasa haus dahaga dan lapar, dan secara psikis puasa melatih kita untuk berupaya menahan emosi, selalu berbuat dan berkata jujur, berperilaku sopan dan santun, menjauhi yang dilarang Allah seperti tidak mencuri, berbohong, apalagi berbuat korupsi!
Itu sebabnya, kehadiran bulan Ramadhan hanyalah “menyapa” orang-orang yang salih, beriman dan bertaqwa. Artinya, tidak semua umat mampu menjalankan ritual ini kecuali muslim yang selalu taqarub, mendekatkan diri pada Sang Khaliq. Tentang mengapa tidak semua umat manusia di dunia mampu melaksanakan ibadah ini, oleh karena puasa atau shaum menuntut berbagai hal kepada setiap individu, baik kekuatan fisik dan kesiapan psikis untuk selalu menahan hawa nafsu seharian penuh selama sebulan penuh.
Syarat wajib puasa
Dalam bahasa Arab, puasa disebut saumun atau siyamun, artinya “menahan”. Sementara itu menurut ajaran agam Islam, puasa adalah menahan diri dari makan, minum, dan segala hal yang membatalkannya serta mengendalikan diri dari hawa nafsu sejak terbit fajar hingga terbenamnya matahari. Puasa Ramadhan hukumnya wajib bagi setiap muslim yang telah baligh, berakal sehat, baik laki-laki maupun perempuan.
Ada beberapa syarat wajib puasa antara lain: pertama baligh atau cukup umur, artinya telah dewasa. Maka, anak-anak yang belum baligh boleh mengerjakan puasa sebagai latihan. Kedua, berakal sehat. Bagi orang yang berubah akalnya atau orang gila tidak wajib puasa. Ketiga, bagi kaum wanita tentunya tidak dalam keadaan haid atau nifas.
Dan keempat, orang tersebut mampu atau kuat melaksanakan puasa, artinya orang yang sakit atau sudah tua renta boleh tidak berpuasa. Orang yang sakit bila sudah sembuh, maka harus menggantinya atau meng-qada pada bulan yang lain sebanyak hari yang ditinggalkannya, sedangkan orang sudah tua renta dapat diganti dengan membayar fidyah.
Syarat sahnya puasa antara lain beragama Islam. Orang yang tidak memeluk agama Islam puasanya tidak sah. Juga Mumayyiz, yaitu orang yang dapat membedakan yang benar dan yang salah. Suci dari haid (darah kotor) dan nifas (orang yang keluar darah setelah melahirkan). Kemudian pada waktu yang diperbolehkan berpuasa, misalnya puasa hanya boleh dilaksanakan pada siang hari.
Rukun puasa yang harus dipenuhi oleh seseorang yang akan melaksanakan puasa pada bulan Ramadhan, pertama niat dengan menyengaja mengerjakan puasa Ramadhan. Dan kedua, menahan diri dari segala perbuatan yang dapat membatalkan puasa sejak terbit fajar (subuh) hingga terbenam matahari (maghrib).
Untuk niat berpuasa di bulan Ramadhan cukup di dalam hati. Akan tetapi, ada juga yang biasa mengucapkannya. Niat puasa Ramadhan sebaiknya dilakukan pada malam hari, karena jika di siang hari maka puasanya tidak sah. Sebagaimana dijelaskan dalam hadist Nabi Muhammad SAW: “Dari Hafsah Ummul Mu’minin RA bahwasanya Nabi SAW bersabda: Barang siapa yang tidak menetapkan puasa sebelum fajar, maka tidak sah puasanya.” (HR Lima Perawi Hadist).
Hikmah puasa
Mengapa Allah SWT mewajibkan orang beriman untuk berpuasa? Tujuan utama dari puasa adalah untuk membentuk manusia yang bertaqwa. Selain itu, puasa juga memiliki beberapa hikmah yang sangat mendalam. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Allah SWT, baik dalam Al-Qur’an maupun Hadist Rasulullah SAW bahwa hikmah-hikmah puasa tersebut adalah:
1. Meningkatkan derajat orang mukmin menjadi orang yang bertaqwa. Sebab orang yang bertaqwa itu adalah orang yang paling mulia di sisi Allah SWT, sesuai firman Allah SWT (QS Al-Hujurat: 13): “Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah SWT adalah yang paling taqwa di antara kamu.”
2. Menyehatkan badan. Sabda Nabi Muhammad SAW: “Berpuasalah agar kamu sehat.” Maka, hikmah yang terkandung dalam puasa, bukan hanya berguna untuk menyehatkan jiwa belaka, melainkan juga dapat menyehatkan badan. Ini sebagaimana disabdakan nabi dalam hadist di atas.
3. Mendidik orang untuk memiliki sifat sabar. Jika puasa tersebut dilakukan dengan sebaik-baiknya maka akan timbul dalam diri seseorang sifat sabar, karena dalam berpuasa seseorang akan dilatih untuk bisa menahan diri dari perbuatan-perbuatan yang dapat membatalkan puasa, misalnya makan dan minum. Walaupun makanan dan minuman yang dimiliki halal, namun ia tidak mau memakan dan meminumnya karena belum waktunya untuk makan dan minum sampai waktu maghrib.
4. Puasa merupakan pelindung diri dari perbuatan keji dan munkar atau tidak senonoh. Sebagaimana sabda Nabi SAW: “Puasa itu perisai (pelindung diri) yang membentengi dari sentuhan api neraka.” (HR Ahmad, Muslim dan Al-Baihaqi).
5. Menanamkan rasa cinta kasih kepada orang fakir dan miskin karena dapat merasakan penderitaan orang-orang yang kekurangan makanan. Setelah kita seharian merasakan menahan rasa lapar tentunya akan menumbuhkan rasa kasih dan sayang kepada orang-orang fakir dan miskin.
Malam Lailatulkadar
Salah satu kemuliaan dan keistimewaan yang terkandung di dalam bulan suci Ramadhan adalah adanya satu malam yang disebut Lailatulkadar. Malam Lailatulkadar selalu menjadi malam yang ditunggu-tunggu, dirindukan dan teramat dinantikan. Pasalnya, malam Lailatulkadar adalah malam yang penuh berkah, dan lebih baik dari seribu bulan.
Mengapa demikian? Karena, pertama, pada malam tersebut para malaikat turun ke bumi untuk memberi salam – kesejahteraan, kebahagiaan dan keselamatan – kepada umat Nabi Muhammad SAW hingga terbit fajar.
Kedua, Allah SWT mengevaluasi ketetapan-Nya terhadap manusia. Paling tidak, untuk setahun ke depan Allah akan mengoreksi ketetapan-Nya untuk menjadi lebih baik atau buruk, tergantung bagaimana umat Islam yang beriman itu memanfaatkan malam-malam turunnya Lailatulkadar secara optimal dan bermakna.
Ketiga, diturunkannya Al-Quran menjadi pedoman hidup bagi manusia. Dan keempat, sebagai kado istimewa dari Tuhan Yang Maha Kuasa kepada khusus umat Nabi Muhammad SAW, sebagaimana sabdanya: “Sesungguhnya Allah telah memberikan kepada umatku malam Al-Qadr dan itu tidak diberikan kepada umat sebelumnya.” (HR Addailamy)
Maka, malam Lailatulkadar selalu menjadi malam yang ditunggu-tunggu, dirindukan dan teramat dinantikan. Sebab, malam Lailatulkadar adalah malam yang penuh berkah, dan lebih baik dari seribu bulan. Meskipun sesungguhnya malam yang istimewa itu dirahasiakan Allah, dan selalu menjadi misteri kapan persisnya ia turun, namun sebagai umat Islam kita patut bersyukur.
Dan untuk meraih malam Lailatulkadar kali ini, mari kita tetap semangat beribadah, bekerja, dan membangun kehidupan rahmatan lil-alamin.
*)Penulis adalah pengajar dan Ketua Paguyuban Udho Setiko.
sumber: http://www.gemari.or.id/artikel/4820.shtml
Leave a Reply