Kirap Keraton Ngayogyakarta

226717_siraman-pernikahan-agung-keraton-yogyakarta_663_382

VIVAlife – Pernikahan Agung antara Putri Sultan Hamengku Buwono X, GKR Hayu dengan KPH Notonegoro, menjadi hajatan yang besar.

Dilansir laman Kraton Wedding, sejak kemarin, sejumlah prosesi adat telah dilangsungkan, mulai dari Nyekar hingga hari ini, upacara Panggih juga telah dilaksanakan.

Pernikahan mewah ini bukan hanya menarik perhatian masyarakat Yogyakarta, tapi juga mancanegara.

Sebagai bagian dari warisan budaya, beberapa prosesi adat dalam pernikahan ini dipertahankan. Prosesi pernikahan agung ini bahkan memiliki 12 tahapan. Bagaimana prosesnya, berlangsung? Berikut tahapan prosesinya yang sudah dilangsungkan sejak 13 Oktober 2013.

Nyekar – Makam Panembahan Senopati (13 Oktober 2013)

Ini adalah sebuah tradisi mengunjungi makam-makam leluhur yang telah tiada. Leluhur dikirimkan doa agar diampuni segala dosa-dosanya, dan diberikan tempat terbaik di sisi Tuhan.

Nyantri – Bangsal Kasatriyan dan Sekar Kedhaton
(21 Oktober 2013 – Pukul 09.00)

Prosesi ini bertujuan untuk mengenalkan calon menantu kepada Kraton Yogyakarta. Calon menantu akan diajari bagaimana hidup sebagai bagian dari Kraton Yogyakarta. Melalui Nyantri, keseharian dan perilaku calon menantu juga akan dinilai.

Siraman – Bangsal Kasatriyan dan Sekar Kedhaton
(21 Oktober 2013 – Pukul 09.00)

Siraman dilakukan setelah upacara Nyantri. Calon pengantin dimandikan agar menjadi bersih dan murni, atau suci lahir dan batin. Calon mempelai wanita melakukan upacara siraman di Bangsal Sekar Kedhaton, sedangkan calon mempelai pria di Bangsal Kasatriyan.

Majang Pasareyan, Tarub, dan Bleketepe – Gedong Proboyekso, Pagelaran, Kuncung Tratag Bangsal Kencana (21 Oktober 2013 – Pukul 10.00)

Tarub terdiri atas pisang, tuwuhan (padi, kelapa, dan palawija), diletakkan di sekitar sudut keraton. Sedangkan Bleketepe adalah daun kelapa yang dianyam, dipasang di Kuncung Tratag Bangsal Kencana Wetan.

Sementara itu, di luar sedang sibuk memasang Tarub dan Bleketepe. Pada waktu yang sama, ada prosesi Majang Pasareyan atau menghias kamar pengantin.

Tantingan – Bangsal Prabayeksa
(21 Oktober 2013 – Pukul 18.30)

Tantingan akan dilaksanakan malam hari setelah salat Isya. Dalam upacara ini, Sultan didampingi Permaisuri dan putri-putrinya, memastikan kesiapan calon mempelai wanita untuk menikah dengan calon yang sudah dipilihnya.

Midodareni – Bangsal Kasatriyan dan Sekar Kedhaton
(21 Oktober 2013 – Pukul 18.30)

Midodareni adalah malam lajang terakhir bagi kedua calon mempelai. Di sini, kedua calon akan ditemani oleh kerabat-kerabatnya. Midodareni berarti bidadari, calon mempelai wanita harus tidur setelah jam 12 malam untuk menanti datangnya bidadari. Mitosnya, kecantikan bidadari dianugerahkan kepada mempelai.

Akad Nikah – Masjid Panepen Kraton Yogyakarta
(22 Oktober 2013 – Pukul 07.00)

Akad Nikah dilakukan di Masjid Panepen Kraton Yogyakarta. Yang boleh hadir hanya calon mempelai pria dan keluarga, serta Sri Sultan beserta keluarga, tanpa calon mempelai wanita.

Panggih – Tratag Bangsal Kencana
(22 Oktober 2013 –  Pukul 10.00)

Upacara Panggih dilakukan setelah Akad Nikah. Pada prosesi ini, kedua mempelai dipertemukan untuk pertama kali setelah mereka resmi jadi suami istri.

Tampa Kaya dan Damar Klimah – Bangsal Kasatriyan
(22 Oktober 2013 – Pukul 12.00)

Tampa Kaya dan Damar Klimah menyusul upacara Panggih. Pada prosesi ini, mempelai pria akan memberikan sebungkus harta yang berisi koin emas dan segala ubarampe berupa berbagai macam benih, beras, dan uang receh. Makna yang terkandung, seorang suami bertugas untuk memberikan nafkah kepada istrinya.

Kirab – Kepatihan (23 Oktober 2012 – Pukul 09.00)

Orangtua mengantar kedua mempelai menuju pelaminan pada prosesi ini. Kirab dilakukan dengan iring-iringan kereta kuda yang disertai dengan arak-arakan prajurit. Prosesi ini dilakukan dari Kraton menuju Gedung Kepatihan.

Resepsi – Kepatihan (23 Oktober 2013 – Pukul 10.00)

Resepsi dimeriahkan oleh tarian adat yang menarik, yaitu Tarian Bedhaya Manten dan kemudian Tarian Lawung Ageng. Acara Resepsi akan berlangsung dengan ketentuan adat Kraton Yogyakarta dengan nuansa tosca-lavender.

Pamitan – Gedhong Jene (23 Oktober 2013 – Pukul 19.00)

Pamitan dilakukan setelah Resepsi, sekaligus menjadi penutup rangkaian upacara. Dalam upacara ini, Sri Sultan Hamengku Buwono X akan menyampaikan beberapa pesan dan nasihat kepada kedua mempelai, sebagai bekal untuk mengarungi rumah tangga.

Kirab-Pengantin-Pernikahan-Agung-Kraton-Yogyakarta-450x300

Kirab Pernikahan Agung Kraton melintas di kawasan Titik Nol Kilometer, Yogyakarta, Rabu (23/10)

Sekitar empat jam sebelum kirab pengantin KPH Yudanegara dan GKR Bendara berlangsung, suasana jalur kirab yang dimulai dari Kraton Yogyakarta hingga Bangsal Kepatihan dipadati ribuan warga, Selasa (18/10) sore. Dari anak-anak yang digendong hingga orang tua, mereka menjadi saksi Pernikahan Agung Kraton Yogyakarta.

Pasangan pengantin Kraton Yogyakarta, KPH Yudanegara (kanan) dan GKR Bendara menyapa warga masyarakat yang tumpah ruah di sepanjang jalan Malioboro menyaksikan Kirab Pengantin Pernikahan Agung Kraton Yogyakarta, Selasa (18/10)

Hampir tidak ada ruang kosong untuk beringsut  sekalipun karena kedua sisi Jalan Maliboro  sudah dipenuhi massa. Warga pun tidak hanya memadati jalan, bahkan beberapa warga harus memanjat pohon, menara, balkon atau atap gedung untuk melihat kirab pengantin. Saat kirab berangkat pukul 16.00 WIB dari Kebenan Kraton Yogyakarta, berdasarkan pantau Jogjanews.com, jalur yang seharusnya dilalui kirab bahkan diisi ribuan warga sehingga beberapa petugas polisi dan panitia menghalau dan meminta para warga untuk tidak memenuhi jalur kirab. Desak-desakan pun tidak terhindari. Jalur Kirab tersebut berawal dari Keben Kraton, ke utara melewati sisi barat Alun-Alun Utara Kraton Yogyakarta, Kantor Pos Besar, Jalan Malioboro dan berakhir di Bangsal Kepatihan. Kirab dimulai dengan munculnya grup kesenian Topeng Ireng asal Boyolali dan kesenian Likurani yang ditampilkan warga Nusa Tenggara Timur yang menempuh studi di Jogja. Setelah penampilan kesenian tersebut, GKR Hemas bersama keluarga seperti GKR Pembayun menggunakan mobil berplat B 10 GKR. Sedangkan Sri Sultan Hamengkubuwono X tiba di Bangsal Kepatihan setelah rombongan pengantin tiba. Jarak waktu antara penampilan kesenian dengan iring-iringan kedua mempelai terasa lama. Terlihat dari sebagian warga yang duduk dan memadati kembali di tengah jalan atau jalur kirab. Suasana meriah dan teriakan warga kembali bergerumuh saat yang ditunggu-tunggu tiba. Kirab Pernikahan Agung Kraton Yogyakarta GKR Bendara dengan KPH diawali barisan Bregodo Wirobrojo dan Bregodo Ketanggung. Kemudian lima kereta menyusul yaitu kereta Kyai Rata Ijem yang dinaiki utusan Ndalem. Pengantin berada di urutan kedua menaiki kereta Kyai Jong Wiyat. Kereta Kyai Rata Biru di urutan ketiga membawa keluarga pengantin putri. Selanjutnya, di urutan keempat kereta landauer yang dinaiki keluarga besan. Kereta terakhir yaitu Kereta Permili membawa penari Beksan Bedaya Pengantin yang disusul enam pasukan berkuda yang membawa penari Beksan Lawuh Ageng. Kereta Jong Wiyat yang membawa KPH Yudanegara dan GKR Bendara tersebut berjalan cukup pelan dan sempat berhenti sesaat. Kedua pasangan mengenakan baju pengantin warna merah agak tua memberikan lambaian tangan kepada warga dan sebaliknya. Bahkan kamera ponsel dan kamera saku berebutan untuk menangkap gambar mereka. Kirab pernikahan agung Kraton Yogyakarta yang berlangsung meriah ini berakhir di Bangsal Kepatihan pukul 17.30 WIB.  Menurut salah satu abdi dalem saat ditemui Jogjanews.com, kirab pengantin ini diluar perkiraannya karena disaksikan masyarakat yang banyak sekali. “Sangat ramai sekali dan antusias tinggi, warga banyak yang datang, ini berbeda saat kirab GKR Bendara dulu,” katanya usai mengarak kirab pengantin untuk kembali ke Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat. (Jogjanews.com/Anam)

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *